Apa yang dimaksud dengan rasio lancar? 

Rasio lancar (current ratio) menurut Johar Arifin dalam buku "Cara Cerdas Menilai Kinerja Perusahaan Berbasis Komputer", merupakan cara mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau membayar utang dengan cara menggunakan aktiva lancar dalam jangka waktu pendek. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas sebuah perusahaan, disamping quick ratio, dan cash ratio.

Umumnya, rasio ini membandingkan seluruh komponen yang ada pada aktiva lancar dengan komponen yang terdapat pada pasiva lancar atau utang jangka pendek. 

Dalam rasio likuiditas, terdapat dua macam penilaian terhadap pengukurannya, yaitu: 

  • Bila mampu memenuhi kewajibannya, perusahaan dikatakan likuid. 
  • Sebaliknya, bila tak mampu memenuhi kewajibannya, perusahaan dikatakan unlikuid.

Cara Menghitung Rasio Lancar pada Laporan Keuangan

Menurut Yayah Pudin Shatu dan S. Munawir dalam buku "Kuasai Detail Asuransi Perkantoran", aktiva lancar merupakan aset perusahaan yang dapat ditukarkan dengan uang tunai. Sementara itu, kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, utang wesel, utang pajak, dan kewajiban lain yang harus dibayar oleh perusahaan. 

Adapun cara menghitung Rasio Lancar pada laporan keuangan dapat dituliskan melalui rumus berikut:

Rasio Lancar = total aset lancar   / semua kewajiban lancar.


Salah satu cara agar anda lebih memahami penerapan rumus ratio lancar adalah dengan menerapkannya langsung ke dalam kasus. Berikut ini contoh perhitungannya.

Perusahaan PT. NGA memiliki kas sebesar Rp10 miliar, investasi jangka pendek Rp2 miliar, dan persediaan Rp30 miliar. Namun, mereka memiliki hutang jangka pendek senilai Rp13 miliar dan pinjaman yang pinjaman yang harus segera dibayar sebesar Rp1 miliar. Berapa current ratio perusahaan tersebut?


Langkah-langkah untuk menghitung ratio lancar adalah sebagai berikut.

Ratio Lancar

= Total Aset Lancar / Semua Kewajiban Lancar

= (kas + investasi jangka pendek+persediaan) / (kewajiban jangka pendek + hutang yang harus dibayar)

= (Rp10 miliar + Rp2 miliar + Rp30 miliar) / (Rp13 miliar + Rp1 miliar)

= Rp42 miliar / Rp14 miliar

= Rp3 miliar


Jadi, ratio lancar perusahaan PT. NGA adalah sebesar Rp3 miliar.


Analisis Rasio Lancar

Cara menganalisis ratio lancar adalah dengan melihat hasil perhitungannya. Apabila nominalnya positip (lebih dari 1), maka perusahaan memiliki aset lancar yang cukup untuk membayar kewajiban lancarnya. Namun apabila hasilnya negatif (di bawah 1), maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sedang kesulitan membayar kewajiban tepat waktu karena asetnya tidak dapat menutup besar utang.

Namun hasil perhitungan dengan rumus current ratio adalah gabungan dari aset lancar yang tidak mudah dijadikan uang tunai untuk membayar kewajiban, misalnya persediaan dan piutang. Oleh karena itu, saat menganalisis, anda perlu memperhatikan bahwa aset-aset tersebut juga dapat segera dikonversi menjadi uang pada saat jatuh tempo.




Analisis Rasio Lancar untuk Investasi

Bagi investor dan trader, tidak ada batasan yang jelas mengenai momen ketika current ratio itu tinggi dan kapan nominalnya dianggap rendah karena tergantung pada industri masing-masing.

Ada kalanya perusahaan dengan current ratio tinggi memiliki kondisi keuangan lebih buruk dibanding yang nominalnya rendah. Hal ini karena rasio tinggi dapat menunjukkan indikasi bahwa perusahaan memiliki kelebihan kas yang “menganggur” karena tidak digunakan untuk investasi atau pengembangan bisnis.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa current ratio adalah tolok ukur pengembangan perusahaan sebagai pertimbangan untuk berinvestasi. Tentunya apabila menjadi investor, Anda tidak ingin menanamkan modal pada bisnis yang tidak berkembang, bukan? Oleh karena itu, analisis ini perlu dilakukan.



Disarikan dari berbagai sumber